Sigra, Si Mobil Baru
Tak terasa hampir setahun tidak pernah update blog ini lagi. Kadang lupa, kadang malas, tapi lebih sering ndak ada mood. Maklum, setengah tahun ke belakang lagi sibuk-sibuknya kuliah. Senin-Jum’at kerja, malamnya kuliah. Hari Sabtu/Minggu naik piket, jadi hampir tak punya banyak waktu untuk sekedar bersantai dan menulis ide-ide yang melintas di kepala.
Kali ini saya mau posting mengenai si item yang doyan nongkrong di garasi, apalagi kalo bukan si Sigra Hitam buatan Daihatsu. Mobil keluaran 2022 ini saya beli menggantikan si Layla abu-abu yang sudah setahun ini pindah kepemilikan. Kebetulan ada rezeki, jadi beli yang agak bagus dan besaran dari yang lama 😎 Si Sigra ini CC-nya juga lebih besar sedikit, 1.200 cc. Setidaknya saya ndak bakal sering protes soal tenaga yang suka habis di kecepatan tinggi kayak si Ayla.
Review Pemakaian Daihatsu Sigra 1.2 type R
Kayak judul di atas ☝️ Sigra yang saya punya kebetulan type R, memang bukan yang tertinggi, tapi jelas lebih mewah dari Ayla dulu yang hanya type M. Jujur pas dapat agak kaget juga, mobilnya panjang! 😮 Memang ndak panjang-panjang banget, sih. Tapi berhubung dari dulu punyanya mobil kecil-kecil terus jadi kaget juga pas pelihara yang panjangan. Dimensinya kompak macam ayla. Tapi dari ground clearance jelas lebih tinggi jadi ndak gampang gasruk.
Meskipun termasuk mobil baru, unit yang saya punya ini dibeli dalam kondisi seken. Jadi yang tidak mulus-mulus amat. Ada goresan dan penyok di beberapa sisinya, tapi sebagian besar catnya masih mulus. Catnya tipis yang membalut bodi kaleng kayak kerupuk. Maklum lah LCGC, jadi ndak berharap lebih. Jujur agak kecewa sih, meskipun termasuk LCGC, harganya itu lhoo, menurut saya sudah kemahalan dengan kualitas body seperti ini. Ringkih.
Yang paling bikin kagok pas naik Sigra itu sudah jelas, tuas persnelingnya. Posisinya yang nempel di dashboard itu sebenarnya keren, tapi rasanya jadi kurang ergonomis. Kalo matic mah santai-santai aja wong jarang ganti gigi. Tapi begitu transmisi manual, baru deh kerasa ndak enaknya tuas transmisi di dashboard. Posisi tangan sering menggantung jadi sudah pasti akan lebih berat dan melelahkan jika berkendara dalam waktu lama.
Di unit yang saya punya, pergantian gigi pada tuas transmisi tidak terlalu halus, kadang terasa keras dan kasar. Rencananya dalam waktu dekat ini mau saya bongkar untuk diberi pelumas biar lebih ringan dan halus. Untuk feel berkendara kurang lebih sama lah ya seperti Ayla, cukup gesit dan mudah manuver dengan radius putar ban yang pendek jadi mudah selap-selip di kemacetan.
Ada banyak yang disayangkan dari interiornya. Yang pertama model jok pengemudi dan penumpang depan dimana head rest masih menyatu dengan jok. Jujur, dari jaman Ayla saya sudah tidak cocok dengan desain jok seperti ini. Bikin leher kaku kalo menyetir dalam waktu lama. Lalu bangku barus ketiganya yang mungkin tidak cocok buat manusia, kecuali bagi anak-anak. Sumpah, sempit banget! 😭 Yang aneh, pintu depan sebelah kanan (pintu sopir) susah sekali ditutup dengan nyaman. Harus agak dibanting dulu baru bisa menutup sempurna. Entah apa cuma unit saya yang begini?
Audionya standar, suaranya.. hmmm.. ndak usah terlalu berharap banyak deh yaa.. 🤭 Meskipun head unit sudah double-din, tapi tidak bisa memutar video apapun 👎 Ada rencana mau ganti merk Skeleton yang sudah pakai android itu, tapi tunggu gaji 13 cair dulu 😛 Penerimaan sinyal radio dari antena tidak ada masalah, meskipun punya saya masih pakai model lawas, bukan yang sirip hiu seperti keluaran terbaru.
Pindah ke sisi luar, lampu depannya jozz 👍 sudah pakai LED light yang pancaran sinarnya lebih terang, meskipun kalo pas hujan deras di tol malah jadi ndak kelihatan apa-apa. Tapi terbantu dengan lampu kabut yang lumayan terang. Sayangnya fog lamp, sein, dan lampu belakang masih bohlam.
Velg sudah ring 14 semua dengan desain yang lumayan modern. Posisi ban serep seperti Avanza yang ada di bawah bagasi, agak repot kalo mau mengeluarkan ban serep ini. Belum lagi karena desain palang pengunci yang ringkih jadi sering dengar kasus ban jatuh sendiri di jalan atau digondol maling pas lagi diparkir 🥶
Untuk rasa berkendara yaa kurang lebih sama seperti Ayla, tidak se-tough Picanto yang dulu pernah punya. Tapi tak disangka mesin 1200 cc ternyata lumayan enak di kecepatan tinggi. Dengan 2 penumpang dewasa dan 2 anak-anak, saya tidak merasakan gejala limbung di kecepatan lebih dari 140 kpj di jalan tol. Tenaganya belum habis, sayang nyali sudah keder duluan minta buru-buru turun ke kecepatan lebih rendah.
Kesimpulan
Si Sigra ini cocok banget buat keluarga muda atau buat yang baru mau beli mobil pertama. Tapi kalau dana yang tersedia lebih banyak, saya menyarankan Avanza/Xenia keluaran terbaru yang hampir seluruh aspeknya lebih unggul dari Calya-Sigra. Dan kamu tidak perlu pusing soal anggapan orang soal mobil ojek onlen berbodi kaleng 😝